PERILAKU DAN KECERDASAN ANAK USIA DINI

Ini adalah cerita salah satu anak daycare setahun yang lalu. Dimana anak ini ketika masuk mengalami speech delayed dan gangguan perilaku. Setelah observasi, penyebab gangguan perilaku anak ini adalah karena pola asuh, gangguan psikologi dan speech delaynya. Sehingga anak tidak bisa mengungkapkan apa yang dia inginkan dan dia rasa serta pikirkan.

Pada dasarnya, anak usia dini, selalu berperilaku dari mencontoh semua perilaku yang ada di sekitarnya. Mulai dari cara berbicara, berkomunikasi, bergerak, menggoyangkan kaki, gerakan tangan, perilaku saat makan dan perilaku lainnya saat berkegiatan lainnya.

Normal..? pastinya πŸ‘ karena anak usia dini itu memiliki daya tangkap yang sangat cepat, dan dia mencontoh tanpa canggung. Dan yang pasti semua anak bergerak dan mencontoh dengan TOTALITAS. πŸ˜„ Jadi, jangan heran kalau ketemu anak anak usia dini berperilaku seperti orang dewasa, tiba tiba menasehati, tiba tiba merajuk. Karena dia melihat di lingkungan sekitarnya dan mencontoh.

Membicarakan mengenai cara bicara, berkomunikasi berbahasa, perilaku dan kecerdasan emosional untuk anak usia dini, hal itu berkembang seiring dengan parameter perkembangannya juga. Bertumbuh mulai dari rumah menuju ke lingkungan kecil dan diterapkan pada lingkungan yang lebih besar.

Kalau mau memperhatikan, anak anak berperilaku itu bisa dengan dasar pemikirannya yang sederhana, atau dari mencontek lingkungan seperti ini : Jika lingkungannya baik, biasanya dia akan berperilaku mirip seperti itu. Walaupun di sana sini masih harus dibetulkan. Karena anak kan hanya melihat potongan potongan kecil perilaku tersebut. Orangtualah yang harus membetulkannya supaya potongan potongan kecil ingatan akan perilaku itu membentuk sebuah pola yang baik. Jika anak berperilaku berdasarkan pemikirannya sendiri, otomatis pembetulannya tidak banyak, dia melihat contoh namun berpikir bahwa contoh itu tidak seharusnya begitu. Ada yang hilang yang bisa dia betulkan sendiri.

Misalnya; dia sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya, ketika tidak ada tempat sampah maka dia akan mengumpulkan sampahnya pada kantongnya atau mencari tempat untuk menyimpan dan akan membuangnya kemudian.

Untuk anak yang hanya mencontoh saja, dia akan membuang sampah pada tempatnya. Namun ketika tidak ada tempat sampah, dia akan membuang sampahnya pada tempat yang menurutnya nyaman dan atau membuangnya pada tempat yang biasanya. Walau tempat sampahnya nggak ada. Sehingga sampah tetap menumpuk di situ.

Ada kasus, anak usia dini. Usia menjelang 3 tahun. Anak ini awalnya mengalami speech delayed yang parah. Dia tidak bisa bicara. Ketika datang di daycare usianya 2 tahun, tidak punya kosa kata yang cukup untuk menjelaskan apa saja keinginannya. Sehingga dia selalu tantrum, menangis, membanting barang, dan marah ketika ditanya atau menjawab. Setiap datang selalu menangis. Dan kalau menangis satu RT denger semua.. πŸ˜… pernah juga hari pertama datang, ngguling ngguling di carport.

ya nggak apa apa. Selesai ngguling ngguling, kubersihkan, ganti baju dan membiarkan dia menangis. Biasanya sih dia langsung tertidur karena capek nangis. Jam makan siang dibangunkan lalu makan siang dan diajak main. Adaptasi lingkungan ini berlangsung selama seminggu pertama. Seterusnya anak ini lekas paham. Dan dia sudah bisa bermain. Walaupun kata yang keluar dari mulutnya itu cuma ‘hem hem’ aja kalau ditanya.

Semua hal itu kukomunikasikan dengan orangtua agar tidak khawatir.

Terapy pertama yang kulakukan untuk anak ini adalah terapy ‘pelukan’ dan ‘tidur’. Koq tidur..? ya.. bagi anak usia dini, tidur itu adalah proses mereka mengingat informasi sebelumnya dan menjaga kestabilan emosi. Itu sebabnya kalau anak kurang tidur, biasanya rewel ngak jelas.

Ketika dia mulai tantrum, aku memeluknya dan mengatakan bahwa tidak apa apa menangis. Sembari aku menggosok punggungnya. Membiarkan dia untuk merasakan bahwa ada orang yang memperhatikan dan membuatnya nyaman. Dan biasanya lanjut tidur tuh. Ketika tantrumnya sudah berkurang, Aku mulai melanjutkan dengan teraphy ‘membangun kosa kata’ Dengan mengajaknya bernyanyi lagu lagu sederhana. Seperti cicak di dinding, twingkle twingkle, atau topi saya bundar beserta gerakan dan ekspresinya. Memang jadi seperti anak usia satu tahun belajar bicara. Tapi ya nggak apa apa, itu sebabnya kuberi nama teraphy membangun kosa kata. Dia sering bernyanyi sendiri, menunjukkan kebisaannya. Supportku, kuberi tepuk tangan dan pelukan. Mengatakan bahwa itu sangat keren. πŸ‘ anak itu terus berkembang, kosa kata mulai terbentuk dan aku mulai kelanjutannya membacakan cerita dan selingan dengan flash card.

Dari hal di atas, ternyata dia itu mencontoh dan memperhatikan semua gerak gerikku. Ketika ada anak lain yang jatuh, dia lekas memeluk dan mengatakan dengan kata yang masih patah patah, menenangkan anak yang jatuh. Atau lain waktu dia menghibur anak yang menangis seperti aku memperlakukannya. Dan menegur anak yang berebut mainan, lalu memberikan mainannya.

Anak itu tumbuh dengan kecerdasan emosi yang baik. Dia bisa menempatkan harus apa ketika melihat lingkungannya menjadi tidak biasa.

Sekarang, setelah sepuluh bulan di daycare, anak itu sudah memiliki banyak kosa kata. Sudah bisa mengatakan perasaan dan keinginannya dengan jelas. Plus, memiliki kecerdasan emosi dan empaty yang baik di atas rata rata anak seusianya.

Dan aku bilang anak ini selalu keren.. πŸ₯°πŸ˜„ dan aku salut dengan perkembangannya.

#perkembangan_anak#anak_usia_dini#daycare#n_almost_3Yo

Leave a comment